Sabilah pisau sirauik... panakiak batang lintabuan... silodang jadikan nyiru... Nan satitiak jadikan lauik... nan sakapa jadikan gunuang... alam takambang jadi guru...
Seorang pecundang mengatakan bahwa bangsa Minangkabau adalah bangsa pemimpi yang suka berpangku tangan, tapi kami bangsa Minangkabau berkata, ya kami adalah pemimpi, pemimpi untuk jadi besar dan sukses, itulah sebabnya kami punya tradisi dimana setiap anak lelaki diakhir baligh-nya akan berjalan meninggalkan tanah kelahirannya mencari jati diri dan posisi di masyarakat dan pemerintahan, dan torehan mimpi mimpi bangsa Minangkabau itu bisa dilihat dari sejarah bangsa ini hingga sekarang.

Search

Nan Mancibuak Kasiko

ADAT NAN AMPEK

Written By Unknown on Sabtu, 12 Mei 2012 | 23.26

Kali ini saya berusaha membahasnya, dengan mencoba menjawab pertanyaan.
1. Apa yang dimaksud dengan adat..?
2. Apa makna dan contoh "nan sabana adat"?
3. Apa makna dan contoh "nan diadatkan"?
4. Apa makna dan contoh "istiadat"?
5. Apa makna dan contoh "nan teradat"?
I. APA YANG DIMAKSUD DENGAN ADAT ?
 Adat adalah "way of life", dalam pengertian sederhana: "pandangan hidup".
Adat Minangkabau adalah bagaimana pandangan hidup orang Minangkabau, dengan pandangan hidup itu mereka menjalani kehidupan. Manusia hidup di muka bumi memiliki pandangan hidup: terhadap diri dan Tuhan-nya, terhadap alam sekitarnya, terhadap keluarganya, terhadap masyarakatnya, terhadap bangsanya, dan terhadap dunia/semesta. 
Jadi: Adat Minangkabau adalah: BAGAIMANA pandangan hidup orang Minangkabau, dengan pandangan hidup itu orang Minangkabau menjalani kehidupan.  Untuk selanjutnya, yang dimaksudkan dengan "adat" adalah: adat Minangkabau yang diwariskan niniak muyang orang Minangkabau melalui "tambo".
(Harap dibaca juga: dokumen2 tentang tambo).
Semua pandangan hidup (ideal) tersebut tampil/terwujud menjadi:
HUKUM ADAT, UNDANG ADAT, PITUAH & MAMANGAN ADAT.
II. APA MAKNA DAN CONTOH "NAN SABANA ADAT" ?
nan sabana adat : adalah pandangan hidup yang substantif; substansi/ hakikat suatu tindakan/perilaku. Jadi: nan sabana adat adalah substansi KEBAIKAN yang ada dalam pandangan hidup dan perilaku orang Minang.
Pandangan hidup ini disepakati paling kuat dan paling merata mempengaruhi adat Minangkabau.
Pandangan hidup substantif ini berlaku universal, maka dicontohkan dengan: adat api mambaka, adat aia mambasahi.
Mana "nan sabana adat" dalam pandangan hidup orang Minangkabau ? 
Semua pandangan hidup unversal di dunia diakui sebagai pandangan hidup orang Minang.
Pandangan ketuhanan, kejujuran, kedamaian, keindahan, kasih sayang, keadilan, empati, kerjasama, adalah nilai2 universal yang ada dalam "pandangan ideal" orang Minang.
Ada pituah dan mamangan adat tentang semua pandangan universal tersebut.
Ini lah "nan sabana adat".
Di samping "pandangan hidup universal" tersebut, orang Minangkabau memiliki pandangan hidup khas Minangkabau, yang menjadi ciri "nan sabana adat" Minangkabau, antara lain:
- Alam takambang jadi guru
- Nan baiak budi nan indah baso
- Musyawarah mufakat, bulek aia ka pambuluah, bulek kato dipaiyokan
- Perlindungan terhadap perempuan dan anak2, (walaupun ini pandangan universal, tapi hanya Minangkabau yang menjadikannya "hukum adat" melalui harta komunal).
III. APA MAKNA DAN CONTOH "NAN DIADATKAN" ?
nan diadatkan (nan dijadikan adat) : tindakan/perilaku yang telah disepakati niniak muyang sebagai adat Minangkabau.
Ini semua menjadi pola kehidupan bermasyarakat KHAS Minangkabau.
Sumber dari pandangan hidup "nan diadatkan" adalah penjabaran niniak muyang terhadap nilai universal dan DIADATKAN (dijadikan adat, pandangan/patokan cara hidup).
Contoh:
Suku, kaum, Sako, Pusako : adalah sistem hidup komunal sebagai penjabaran: kebersamaan, perlindungan terhadap perempuan dan anak2, kerjasama.
Semua itu diadatkan (dijadikan adat) oleh niniak muyang dengan dasar pandangan universal, dengan tujuan/maksud dan kearifan untuk mempertahankan dan melanjutkan Minangkabau.
Kalau nan diadatkan tersebut berubah, maka perubahan itu juga terjadi pada "pandangan hidup" orang/masyarakat yang merubahnya.
Contoh:
Ketika terjadi ribut/heboh perdebatan HPT,
Sesungguhnya yang terjadi adalah: TERGERUSNYA/HILANGNYA kearifan, pandangan hidup "kebersamaan", "kekeluargaan", "kehidupan komunal", "perlindungan masa depan perempuan dan anak2".
Berubah menjadi pandangan hidup "individualis",
Akhirnya menjadi "homo homini lupus",
Menghapus nan diadatkan (suku, kaum, sako, pusako) adalah menghapus Minangkabau.
IV. APA MAKNA DAN CONTOH "ISTIADAT" ?
 istiadat : tindakan/perilaku yang dipandang baik secara bersama, disepakati untuk dilaksanakan, terjadi pengulangan tanpa penolakan.
Pada dasarnya, istiadat adalah PENJABARAN dari "pandangan hidup universal" dalam bentuk2 khas sesuai kreatifitas dan dukungan kondisi.
istiadat (pengulangan dan penjabaran) pandangan hidup universal.
Contoh 1:
Pandangan hidup universal: (1) musyawarah mufakat, (2) nan baiak budi, nan indah baso
Dijabarkan dalam istiadat: pidato adat, pasambahan, panitahan, kato-bajawek.
Contoh 2:
Pandangan hidup universal: (1) kemanusiaan, (2) empati, (3) solidaritas/kebersamaan
Dalam Islam pandangan universal ini disebut: silaturrahim.
Dijabarkan dalam istiadat: hiduik jalang-manjalang, sakik silau-manyilau, mati janguak-manjanguak. 
V. APA MAKNA DAN CONTOH "NAN TERADAT" ?
 teradat (ter-adat-kan, menjadi adat karena disukai) : tindakan/perilaku yang disenangi/disukai untuk dilakukan secara berulang2, memperoleh penguatan masyarakat.
nan teradat adalah KESUKAAN anak nagari seperti kesenian, olah raga, pencak silat randai, talempong, berbagai jenis pakaian laki-laki, pakaian wanita, berbagai jenis2 makanan. Termasuk karya seni ruang: ukiran, marawa, umbua2, gaba2, pelaminan dsb. 
Sebenarnya,
Semua nan teradat (kan) merupakan penjabaran/pengembangan dari pandangan universal mengenai "keindahan", "kedamaian", "kebahagiaan".
VI. PENAMAAN DAN URUTAN ADAT NAN AMPEK
 Penamaan dan urutan ke empat jenis atau tingkatan tersebut sangat bervariasi/beragam.
Hanya satu yang disepakati secara sama: nan sabana adat diakui "paling tinggi", "paling penting" "paling utama", dsb.
Apakah tiap perilaku orang Minang terkait dengan (hanya) satu di antaranya?
Menurut saya:
Setiap perilaku/tindakan orang Minang dipengaruhi ke-empat adat tersebut.
Ada pengaruh yang kuat, ada yang lemah.
Jadi kalau didalami:
SETIAP PERILAKU/TINDAKAN orang Minang DIDORONG SALAH SATU jenis adat tersebut.
SETIAP PERILAKU/TINDAKAN orang Minang mengandung KEEMPAT jenis adat tersebut.
Khusus istiadat dan nan teradat, sering terbolak-balik, bertukar pemahaman.  
Catatan:
Peluang terjadinya "penyimpangan" atau "pertentangan" dengan syarak sangat besar pada istiadat dan nan teradat. Karena keduanya merupakan PENJABARAN/PENGEMBANGAN dari nilai/pandangan universal.
Penjabaran.pengembangan yang berlebihan, sering menimbulkan kritik dari pengkaji syarak. Tapi, sering terjadi, kritik hanya pada "penampilan" istiadat atau nan teradat. Jarang kritik berusaha menggali "nilai" atau "pandangan hidup" yang dikandungnya.

23.26 | 1 komentar | Read More

DELAPAN VERSI masa terjadinya "PERISTIWA" MARAPALAM

Written By Unknown on Jumat, 11 Mei 2012 | 00.37


 
  
 
 
 
Ketiadaan catatan/tulisan Belanda tentang Peristiwa Marapalam, mengundang munculnya beragam versi sejumlah peneliti, pemerhati agama dan adat tentang peristiwa Bukit Marapalam. Beberapa versi antara lain dari laporan penelitian dan seminar tentang Sumpah Satie Bukik Marapalam (1991).
Versi I:
Bai'ah Marapalam 1403M.
Sudah dibahas dalam dokumen "KRITIK NASKAH 'MARAPALAM" I.
Versi II:
Piagam Sumpah Satie Marapalam terjadi pada masa Syekh Burhanuddin menyebarkan Islam di alam Minang. Hamka (1984) secara tersirat ia memperkirakan masa Syekh Burhanuddin, masih berlaku konsensus pertama yaitu “adaik basandi syarak, syarak basandi adaik”. 
Azwar Datuk Mangiang mewawancarai Inyiak Canduang ( buku “Perdamaian Adat dan Syarak”) tahun 1966 di Candung. Azwar menyatakan peristiwa itu terjadi tahun 1644 Masehi (M), jauh sebelum masa Paderi.
Awal abad ke-7 M (abad I Hijriah) rantau timur Minangkabau telah menerima dakwah Islam. J.C. van Vanleur dalam bukunya Indonesian Trade & Socety (1955) menyatakan tahun 674 AD Pantai Barat Sumatera telah dihuni koloni Arab.
Kerajaan Islam Perlak dengan sultan pertamanya Syekh Maulana Abdul Aziz Syah  yang menganut Islam Syiah (840 M-888/913 M). Namun akhirnya di Perlak juga berkembang aliran Sunni.
Perlak dipimpin oleh seorang Sunni yaitu Sultan Makhudum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat (1006 M).
Kemudian rantau Alam Minang sudah mulai didominasi pemeluk Islam. Adityawarman masih memeluk Budha dan Dinastinya berlanjut sampai tahun 1581 M.
Jauh sebelum Paderi, tahun 1411 M raja Pagarruyung sudah memeluk Islam dan mereka berguru kepada Tuanku Syekh Magribi atau dikenal juga Syekh Ibrahi (Maulana Malik Ibrahim).
Masa itu telah terjadi penyesuaian antara Islam dengan adat setempat. L.C. Westenenk dalam Opstellen over Minangkabau menyatakana bahwa masa adaik mananti, syarak mandaki telah ada upacara ritual pada dua buah batu di Pincuran Tujuh di Batang Sinamar, Kumanih.
Kemudian datanglah Syekh Burhanuddin yang bernama asli Pono. Kesepakatan damai tercipta antara para Penghulu, Tuanku dan Alim Ulama Minang.Kesepakatan itu bertujuan untuk saling mengakui eksistensi ulama dengan penghulu, sehingga ulama bukan bawahan Penghulu seperti panungkek, manti dandubalang,
Para kaum adat dan Syekh Burhanuddin sebagai penggagas piagam sumpah satie menemui Yang Dipertan Agung Pagarruyung. Seterusnya mereka bersama Rajo nan Tigo Selo dan Basa Ampek Balai  melakukan upacara pemotongan kerbau.
Semenjak itu muncul beberapa pepatah petitih, yaitu syarak mandakiadaik manurun; syarak lazim, adaik kawi; syarak babuhue mati, adaik babuhue sintak; syarak balindueng, adaik bapaneh; syarak mangato, adaik mamakai; syarak batilanjang, adaik basisampieng. Ketika itu Pagarruyung telah diperintah oleh Sultan Ahmadsyah gelar Tuanku Rajo nan Sati yang dilewakan dengan gelar tambahan yaitu Raja Alif. Dialah raja Pagarruyung yang pertama bertugas menyebarluaskan piagam sumpah satie tersebut.
Versi III
Peristiwa Bukit Marapalam terjadi masa awal gerakan/perang Paderi.
Gerakan Paderi yang diilhami oleh kebangkitan Islam oleh kaum Wahabi di Tanah Suci, Arab Timur. Paham Wahabi berkembang sampai ke Minang secara radikal dan pendukungnya hendak mengembalikan kemurnian Islam secara revolusi. Mereka disebut kaum Paderi yaitu orang dari kota pelabuhan di Pidie, Aceh.
Daerah pertahanan yang strategis bagi kaum Paderi adalah puncak Bukit Marapalam. Namun mereka khawatir korban bertambah di kalangan masyarakat. Kaum Paderi menggagas perjanjian dengan kaum adat. Datuk Bandaro berinisiatif menemui Datuk Samik untuk menyetujuinya. Kesepakatan mereka dilaporkan kepada Datuk Surirajo Maharajo di Pariangan. Mereka berhasil mengeluarkan Piagam sumpah satie Bukik Marapalam yaitu ABSSBK.
Versi IV
Peristiwa Bukit Marapalam masa awal perang Paderi sekitar tahun 1803-1819.
Kedua pihak yang berperang sama-sama kuat. Namun kaum Paderi sering melakukan serangan mendadak ke nagari-nagari. Benteng pertahanan mereka sekitar jalan bukit Marapalam ke Lintau diparit tinggi dan melingkar. Kaum adat melirik bangsa Eropa (Belanda) untuk mendapatkan dukungan sehingga terjadi perang Paderi. Korban berjatuhan diketiga pihak yang berkepentingan. Melihat kejadian itu yang lebih menguntungkan Belanda, maka muncul kesadaran beberapa kaum adat untuk berdamai dengan ulama Paderi dan bersatu melawan Belanda. Tersebutlah Datuk Bandaro wakil golongan adat dan Tuanku Lintau sebagai tokoh yang memprakarsai perjanjian itu di Bukit Marapalam. Fakta sosial membuktikan bahwa Tuanku Lintau yang mengkonsep, mengatur, dan menjalankan ABSSBK.
Versi V
Peristiwa Bukit Marapalam terjadi masa vacum perang Paderi.
Kaum Paderi menganggap kaum adat dan Belanda sebagai kafir yang harus diperangi. Strategi Belanda yaitu mengalihkan pasukannya menghadapi Perang Diponegoro di Jawa, sementara Belanda pura-pura berdamai dengan kaum Paderi, namun antara ulama dengan kaum adat belum juga berdamai. Melihat strategi Belanda maka kaum Paderi juga melakukan rekonsiliasi dengan kaum adat untuk menambah kekuatan dengan sebuah perjanjian. Pelopor dari kaum adat yaitu Datuk Bandaro dan dari Paderi (sekaligus yang mampu menanamkan ajaran Islam kepada mereka) adalah Tuanku Lintau. Pertentangan mulai reja semenjak perjanjian itu, namun pertentangan masih terasa antara paradatuk dari Nagari Saruaso dan Batipuh.
Versi VI
Peristiwa Bukit Marapalam terjadi tahun 1828 ketika Tuanku Imam Bonjol hampir menguasai seluruh Minangkabau. Tuanku Imam Bonjol mengajukan tawaran berdamai dengan kaum adat. Tawaran berdamai itu diterima, mereka bertemu di Bukit Marapalam.
Versi VII
Peristiwa Bukik Marapalam masa Perang Paderi II.
Strategi perang Belanda berhasil, terbukti dengan kekalahan Diponegoro dan kemudian jatuhnya benteng pertahanan Paderi Lintau di puncak Bukit Marapalam bulan Agustus 1831. Berturut-turut jatuhlah ke tangan Belanda benteng di Talawi, Bukit Kamang dan kekuatan Tuanku Nan Renceh. Semua Paderi di Agam jatuh ke tangan Belanda akhir Juni 1832. Mereka telah terlanjur diadu domba oleh Belanda dengan adanya konflik agama dan adat. Namun sebelum Bukik Marapalam jatuh ke tangan Belanda, antara kaum adat dan agama telah berunding yang menghasilkan piagam sumpah satie tersebut. Kembali disebut-sebut Tuanku Lintau sebagai pemprakarsanya.
Versi VIII
Peristiwa Marapalam sesudah usai perang Paderi.
Kesadaran masyarakat adat.Setelah kekalahan Paderi, Belanda bisa menguasai Minang. Belanda mulai merubah tatanan sosial masyarakat. Mereka mengangkat Penghulu Bersurat untuk kepentingan administrasi dan untuk urusan pemungutan pajak. Nagari-nagari yang otonom di Minang mereka jadikan bagian wilayah Administratif Pemerintahan Hindia Belanda. Namun kekhawatiran masyarakat Minang terhadap Belanda yang utama adalah pandangan bahwa mereka orang kafir, sehingga ada kecemasan terjadinya perubahan struktur sosial dan nilai-nilai agama dalam masyarakat. Upaya mengantisipasi hal itu adalah memperkuat persatuan kaum adat dan ulama dengan mencetuskan piagam sumpah satie tersebut.

00.37 | 0 komentar | Read More

PITARUAH BUNDO .....

Nan sakapa alah di ambiak urang
Nan sapinjiak tingga di awak
Walau di bulun sabalun kuku
Jikok di kambang saleba alam
Walau sagadang bijo labu
Bumi jo langik ado di dalam 

Latiak - latiak tabang ka pinang
Singgah manyasok bungo rayo
Aie satitiak dalam pinang
Sinan bamain ikan rayo

Baburu babi ka batu balang
Mandapek buluh jo rotan
Guru mati kitab alah hilang
Sasek ka sia di tanyokan 

Oi buyuang lakehlah gadang
Ka pambakik batang tarandam
Ka Paapuih malu di kaniang
Ka panunggu piutang lamo
Ka panapiak mato padang
Ka panantang matohari
Ka palawan dunia urang
Ka pandiri pusako lamo

Bilo kato lah di tanam di hati
Jalehlah sagalo rahasia alam
Jikok di ayun si tambo lamo
Sabarih indak buliah hilang
Satitiak bapantang lupo
00.24 | 0 komentar | Read More

ALAM MINANGKABAU .....


Elok ranahnyo minangkabau
Rupo karambia tinggi - tinggi
Cando rumpuiknyo gantie gantielan
Rupo pinangnyo linggayuran
Bukik baririk kiri kanan
Gunuang Marapi jo Singgalang
Tandikek jo gunuang Sago
Pasaman jo gunuang Talang 
Aienyo janiah ikannyo jinak

Laweh alamnyo bakeh tagak
Sawah batumpuak di nan data 
Ladang babidang di nan lereang
Sawah bajanjang banda buetan
Sawah ladang labuah nan pasa
Taranak kambang padi manjadi
Buah jaguang maampai suto 
Padi masak jaguang maupiah
Lah masak padi di sawah
Padi ladang manguniang pulo
Ladang tabu manyintak rueh
Pisang badukuang di tandannyo
Antimun mangarang bungo
Batang labu marantang tali
Buah taruang ayun - ayunan
Buah lado mambintang timue
Buah kacang taji - tajian
Anak rancak minantu malin


Sajak durian di takuak rajo
Sialang balantak basi
Buayo nan putiah daguanyo
Sirangkak nan badangkang 
Sampai taratak aie hitam
Sampai riak nan badabui
Sampai kabateh indopuro
Sampai ka siak indogiri
Hinggo si pisak pisau hanyuik
Sampai sikilang aie bangih


Dimano asa titiak palito
Dibaliak telong nan batali
Dimano asa niniak kito
Dari lereang gunuang marapi


Digalundi nan baselo
dakek bukik siguntang-guntang
Dsinan lurah satungka banang
Sinanlah lurah ndak baraie
Disinan buki ndak barangin
Sinanlah banto nan barayun
Disinan batu hamparan putiah


pankiak pisau sirauik
Ambiak galah batang lintabuang
Salodang ambiak kanyiru
Nan satitiak jadi lauik
Nan sakapa jadi gunuang
Alam takambang jadi guru


Bangka ganok manahan cubo
Ameh batua manahan uji
Naraco pantang bapaliang
Anak nagari sakato hati
Satapak bapantang suruik
Salangka pantang babaliak


Adopun kasadonyo kito  di Minangkabau
Nan disungkuik langik,nan di tanai bumi
Nan saedaran kuliliang gunuang Marapi
Nan mahuni daerah bagian baraik
Samato alah banamo pulau Andaleh
Bapandirian bak kato nan tuo-tuo
Pulai juo nan batingkek naiak
maninggakah rueh jo buku
manusia nan bapangkek turun
maninggakan adai jo limbago
Gajah mati maninggakan gadiang
Manusia mati maninggakan jaso


Lah jadi kabiasaan kito
Rantau nan barajo
Luhak nan bapanghulu
Lah d  biasokan pulo di adaik kito
Adai nagari, nagari nan batuo
Mambuang sagalo nan buruak
Mamakai sagalo nan baiak
Nan sasuai pulo jo kkato nabi
Malarang urang mambuek jaek
Manyuruah urang babuek baiak


Mulai sajak maso dahulu
Sampai pulo jo maso kini
Sajak samulo sumua di gali
Sajak mulo nagari di huni
Adaik dipakai....syarak nan lazim
Duo hukum nan lah digunokan
Hukum Adaik jo Hukum Syarak


ITULAH NAGARI MINANGKABAU.......






00.23 | 0 komentar | Read More